CARA ORDER

Kirim SMS/WA ke :
08.999.000.717

KATEGORI
- Benih dan Bibit (11)
- Home Care (11)
- Kosmetik dan Perawatan Tubuh (54)
- Nutrisi Kesehatan (36)
- Perikanan (12)
- Pertanian (18)
- Pestisida Organik (8)
- Peternakan (10)
- Teknis Budidaya (39)
- Terapi Sehat NASA (11)

TEKNIS BUDIDAYA
PERTANIAN:
Anggur
Bawang Merah
Cabai Merah
Cengkeh
Coklat / Cacao
Durian
Gingseng
Jagung
Jarak
Jeruk
Kacang Panjang
Kacang Tanah
Karet
Kedelai
Kelapa
Kelapa Sawit
Kentang
Kopi
Kubis
Lada
Mangga
Melon
Nilam
Padi
Panili
Pepaya
Pisang
Rumput Laut
Semangka
Strowberry
Tebu
Tembakau
Terong
Tomat
PERIKANAN:
Bandeng
Lele
Udang
PETERNAKAN:
Ayam Pedaging
Sapi Potong
Anggur
Bawang Merah
Cabai Merah
Cengkeh
Coklat / Cacao
Durian
Gingseng
Jagung
Jarak
Jeruk
Kacang Panjang
Kacang Tanah
Karet
Kedelai
Kelapa
Kelapa Sawit
Kentang
Kopi
Kubis
Lada
Mangga
Melon
Nilam
Padi
Panili
Pepaya
Pisang
Rumput Laut
Semangka
Strowberry
Tebu
Tembakau
Terong
Tomat
PERIKANAN:
Bandeng
Lele
Udang
PETERNAKAN:
Ayam Pedaging
Sapi Potong

Label:
Teknis Budidaya
TEKNIS
BUDIDAYA UDANG WINDU
A. PENDAHULUAN
Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan
mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu
tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan.
Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai mengalami penurunan. Hal itu
disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan serangan penyakit. Melihat
kondisi tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA
merasa terpanggil untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut dengan
produk-produk yang berprinsip kepada Kualitas,
Kuantitas dan Kelestarian (K-3).
B. TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya udang windu meliputi
beberapa faktor, yaitu :
1.
|
Syarat Teknis
|
|
|
-
|
Lokasi yang cocok untuk tambak
udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat
berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah
pecah.
|
|
-
|
Air yang baik yaitu air payau
dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26-30°C dan bebas dari
pencemaran bahan kimia berbahaya.
|
|
-
|
Mempunyai saluran air
masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
|
|
-
|
Mudah mendapatkan sarana
produksi yaitu benur, pakan, pupuk, obat-obatan dan lain-lain.
|
|
-
|
Pada tambak yang intensif
harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri.
|
2.
|
Tipe Budidaya
Berdasarkan letak, biaya dan
operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :
|
|
|
-
|
Tambak Ekstensif atau Tradisional. Petakan
tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran
dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-obatan dan
program pakan tidak teratur.
|
|
-
|
Tambak Semi Intensif. Lokasi tambak sudah pada daerah
terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3
ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih
sedikit.
|
|
-
|
Tambak Intensif. Lokasi di daerah yang khusus untuk
tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi
pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah menggunakan
kincir, serta program pakan yang baik.
|
3.
|
Benur
Benur yang baik mempunyai
tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi,
daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak
pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh
yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu
letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk
air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan
tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan
setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.
|
|
4.
|
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
|
|
|
-
|
Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan
sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan
dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat
racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara
mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
|
|
-
|
Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik
dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S
dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan
membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
|
|
-
|
Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan
membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit
dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.
|
|
-
|
Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah
menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
|
|
-
|
Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara). Untuk
mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan
alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk
tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan
sejumlah TON ke dalam air,
kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan
tambak.
|
5.
|
Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air
dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan
biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh
setelah dipupuk dengan TON.
Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa
dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan
plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan
dosis 600 kg/ha.
|
|
6.
|
Penebaran Benur
Tebar benur dilakukan setelah
air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air
kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena
benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran
benur adalah :
|
|
|
-
|
Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30
menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam
plastik.
|
|
-
|
Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada
bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi
pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
|
|
-
|
Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara
memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar
terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat
menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
|
|
-
|
Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan
sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air
tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak
dengan hati-hati / perlahan.
|
7.
|
Pemeliharaan
Pada awal budidaya, sebaiknya
di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan
pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan
udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang
diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air
dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan
kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air
baru diberi perlakuan TON dengan
dosis 1-2 botol TON/ha untuk
menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun
dari luar tambak.
Mulai
umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui
pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai
size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap
7-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran
dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi
perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha.
Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.
Mulai
umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air
dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang
jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan
pergantian air dan perlakuan TON
1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin
tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun,
akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan,
kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya
kanibalisme.
|
|
8.
|
Panen
Udang dipanen disebabkan
karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal
biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal
rata-rata 40 - 50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang
penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan
habis/mati.
Udang
yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit
keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar.
Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala
tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini
hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah
mati tidak cepat menjadi merah/rusak.
|
C. PAKAN UDANG
Pakan udang ada dua macam, yaitu
pakan
alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak
serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain
adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif
apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran
yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan
pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang.
Pelet udang
dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang
normal.
-
|
Umur 1-10 hari pakan 01
|
-
|
Umur 11-15 hari campuran 01
dengan 02
|
-
|
Umur 16-30 hari pakan 02
|
-
|
Umur 30-35 campuran 02 dengan
03
|
-
|
Umur 36-50 hari pakan 03
|
-
|
Umur 51-55 campuran 03 dengan
04 atau 04S (jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari).
|
-
|
Umur 55 hingga panen pakan 04,
jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga
panen.
|
Kebutuhan pakan
awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali
ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho
dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho
untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah
2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian.
Untuk
meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan.
Untuk itu, pakan harus dicampur dengan POC
NASA yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin
dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg
pakan hingga panen.
D. PENYAKIT
Beberapa penyakit yang sering
menyerang udang adalah ;
1.
|
Bintik Putih
Penyakit inilah yang menjadi
penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi
virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal
Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja
seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang
masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul
langsung mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat
berkembang biak dan menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar,
terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara mengatasinya
adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk
ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar udang
tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi virus,
udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga
kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.
|
2.
|
Bintik Hitam/Black Spot
Disebabkan oleh virus Monodon
Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik
hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga
gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara
mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.
|
3.
|
Kotoran Putih/mencret
Disebabkan oleh tingginya
konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat,
yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga
diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kematian. Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan
pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.
|
4.
|
Insang Merah
Ditandai dengan terbentuknya
warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga
cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan
lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
|
5.
|
Nekrosis
Disebabkan oleh tingginya
konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya
kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara
mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah
perlakuan TON 1-2 botol/ha,
sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau
dengan pengapuran.
|
Penyakit pada udang sebagian
besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu
perlakuan TON sangat diperlukan baik
pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
HARGA PRODUK NASA
|
|||
KODE
|
NAMA PRODUK
|
ISI
|
HARGA KONSUMEN
|
TONK
|
250 gr
|
Rp 55.000
|
|
NASA
|
500 cc
|
Rp 40.000
|
|
PUDANG
|
TOTAL 1 PAKET
|
ALL
|
Rp
95.000
|
Untuk
pembelian 1 PAKET
GRATIS
VCD BUDIDAYA
|
|||
ISI
dan JUMLAH PERITEM dapat disesuaikan dengan kebutuhan
|
CARA ORDER
SMS/WA ke 08.999.000.717 : Tuliskan (1) Nama, (2) Produk + Jumlah, (3) Kota Tujuan (4) Kode Pos.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar